Minggu, 06 Mei 2012

RENUNGAN WAISAK 2556 BE TAHUN 2012 SANGHA AGUNG INDONESIA



RENUNGAN WAISAK 2556 BE TAHUN 2012 SANGHA AGUNG INDONESIA

Namo Sanghyang Ādi Buddhaya
Namo Tassa Bhagavato Arahato SammāSambuddhassa
Namo Sabbe Bodhisattvāya Mahāsattvāya

Purnama di bulan Waisak telah tiba, umat Buddha Indonesia secara serentak mengenang dan merenungkan kembali makna spiritual dan semangat yang terkandung dalam tiga peristiwa agung: pertama kelahiran pangeran Sidharta Gautama di Lumbini, sebagai seorang Bodhisattva yang turun ke dunia untuk menjadi Buddha. Kedua tercapainya penerangan sempurna petapa Gautama, berhasil merealisasikan Nirwana dan menjadi Samyaksambuddha di Bodhgaya, di bawah pohon Bodhi. Ketiga Parinirwana Buddha Gautama di Kusinara, di antara dua pohon Sala kembar.

Buddha berarti insan yang telah bangkit, mengetahui, dan memahami. Kapasitas untuk menjadi bangkit, memahami, dan mengasihi merupakan hakekat Kebuddhaan. Seseorang yang mampu mendisiplinkan diri, menata moralitas, mengoptimalkan potensi mental dengan cara yang benar akan mampu mengalami kebahagiaan dari pencerahan. Bagaimana kita melakukan mawas diri dan hidup harmoni dengan sesama? Terdapat beragam cara yang dapat dilakukan untuk mengasihi kehidupan, mendapatkan kemajuan dalam jalan menuju kebahagiaan. Satu cara untuk maju dalam jalan ini adalah dengan mempraktikkan aktivitas sehari-hari dari waktu ke waktu, saat bangun,berpikir sedapat mungkin, saya tidak akan menyakiti orang lain hari ini. Sedapat mungkin membantu mereka. Ini adalah pikiran sederhana, namun mengawali hari dengan cara mengubah pikiran kita. Pikiran untuk membahagiakan orang lain dan mengendalikan diri untuk tidak menyakiti akan memberikan motivasi positif dan arahan yang jelas untuk aktivitas sepanjang hari. Dengan menerapkan motivasi yang baik pada pagi hari dan merefleksikannya sepanjang hari, kita akan mendapatkan harapan untuk menolong orang lain. Jalan bertahap dan perlahan yang dikembangkan seseorang setiap harinya sehingga kita dapat hidup harmoni dengan sesama dan bahkan semua makhluk.

Mengasihi kehidupan kita mengikuti Sang Jalan yaitu dengan mempersiapkan kematian dan kehidupan masa depan kita. Walaupun sebagian orang enggan berpikir tentang kematian, hal ini sesungguhnya bermanfaat karena kita dapat mempersiapkannya. Jika kita tahu cara mempersiapkan kematian dan apa yang harus dilakukan saat kematian menjelang, maka kematian tidak akan terlalu menakutkan. Cara mendasar untuk mempersiapkan hal ini adalah dengan menghindari perbuatan destruktif dan melakukan perbuatan yang konstruktif. Kemudian membuat kehidupan bermakna lebih luas. Mempersiapkan kehidupan masa mendatang bertujuan untuk pembebasan dari siklus kelahiran kembali dan lingkaran samsara. Ketika kita mengkombinasikan dengan tujuan altruistik untuk mencapai pencerahan demi memberi manfaat bagi semua makhluk, maka pencerahan akan dapat dicapai.

Sebagaimana dikatakan praktisi Aryadeva ”saat kita mendapatkan kelahiran berharga sebagai manusia, kita memiliki kemampuan luar biasa tidak hanya untuk membebaskan diri kita sendiri dari lingkaran samsara selamanya, namun juga mendapatkan pencerahan, dan membebaskan tak terbatas makhluk-makhluk dari penderitaan. Tidak ada yang dapat dibandingkan dengan kelahiran manusia yang berharga ini. Tiga cara mengasihi kehidupan manusia yang berharga dengan mengikuti Sang Jalan, (1) tujuan membuat kehidupan bermakna setiap saat dengan cara mengembangkan motivasi altruistik setiap pagi; sadar dan waspada (mawas diri) terhadap perbuatan kita sepanjang hari; mengubah semua menjadi kesempatan untuk bertumbuh. (2) meninggal dengan damai dan mencapai kelahiran kembali yang baik dengan cara hidup sesuai sīla, menghindari perbuatan buruk dan menumbuhkan perbuatan baik. (3) mencapai kebahagiaan akhir (a) pembebasan dari lingkaran samsara dengan mempraktikan tiga latihan lebih tinggi: etika (sīla), konsentrasi (samādhi), dan kebijaksanaan(prajña); (b) pencerahan sempurna (kebuddhaan) dengan cara melaksankan tiga latihan lebih tinggi dari enam kesempurnaan, dana, etika, kesabaran, upaya yang bersemangat, keseimbangan batin, dan kebijaksanaan dengan motivasi altruistik.

Berbagai persoalan yang muncul membawa pada kesadaran kita rasa sakit disebabkan oleh ketidakadilan sosial, maka membutuhkan latihan perhatian penuh seperti yang dijelaskan oleh ordo saling bergantungan (interbeing) sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh eksploitasi, ketidak adilan sosial, pencurian, dan penindasan, kemudian berkomitmen untuk mengolah cinta kasih dan belajar cara-cara untuk bekerja demi kesejahteraan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan mineral. Kita akan mempraktikkan kedermawanan dengan berbagi waktu, energi, dan sumber daya materi dengan mereka yang sedang membutuhkan. Menyadari bahwa kebahagiaan sejati mengakar pada kedamaian, solidaritas, kebebasan, dan kasih sayang, dan bukan pada kekayaan ataupun ketenaran, bertekad untuk tidak menjadikan ketenaran, keuntungan, kekayaan, ataupun kesenangan sensual sebagai tujuan hidup.

Pikiran manusia selalu ingin menjadikan segala sesuatu hak miliknya dan tak pernah merasa puas. Mereka yang menjalankan kehidupan sederhana sebagai sempurna sebagai satu-satunya karier mereka. Pikiran kita sendiri dan penyalahgunaannya adalah musuh kita yang sesungguhnya. Buatlah pikiran anda menjadi pelayan anda daripada menjadi majikan anda. untuk mencari jalan menghentikan keinginan dan pengharapan. Hiduplah sesuai dengan penuh kesadaran (mawas diri) dan kebijaksanaan, jangan hidup dengan penuh pengharapan-pengharapan.

Akhirnya, marilah momentum Waisak 2556 BE kita internalisasikan dalam kehidupan sehari-hari secara nyata dengan semangat mawas diri dan hidup harmoni dengan sesama manusia, serta alam sekitar.

Semoga semua makhluk berbahagia bebas dari penderitaan.
Sadhu-Sadhu-Sadhu

Jakarta, 09 April 2012
Maitricittena,


Mahathera Nyanasuryanadi
Ketua Umum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...