Minggu, 06 Mei 2012

Mengapa Begini Mengapa Begitu - Ven Thubten Chodron (English Version: I Wonder Why) - Part 2 - Sang Buddha



Anumodana Penerjemah : Tim Sekber PMVBI (Sdr. Amri, S.E.)


SANG BUDDHA
Siapa itu Sang Buddha? Jika beliau hanya seorang manusia, bagaimana beliau membantu kita?
Ada banyak cara menggambarkan siapakah Sang Buddha itu, menurut berbagai cara memahaminya. Interpretasi yang berbeda-beda ini bersumberkan pada ajaran Sang Buddha. Satu cara adalah dengan melihat Buddha historis yang hidup 2500 tahun silam sebagai manusia yang menyucikan batinnya dari noda-noda dan membangun semua potensinya. Mahluk apapun juga yang melakukan hal serupa juga dianggap seorang Buddha, jadi ada banyak Buddha bukan hanya satu. Cara lain untuk memahami Buddha tertentu atau mahluk-mahluk suci Buddhis adalah sebagai batin maha tahu dimanifestasikan dalam aspek fisik tertentu dengan tujuan berkomunikasi dengan kita. Masih ada cara lain melihat Sang Buddha - atau mahluk suci Buddhis yang mencapai pencerahan – sebagai pemunculan Buddha yang akan datang yang mana kita akan menjadi Buddha ketika kita dengan tepat dan sepenuhnya menempuh jalan menyucikan batin dari noda-noda dan membangun semua potensi kita. Mari kita teliti masing-masing cara ini secara lebih mendalam…

BUDDHA HISTORIS
Buddha historis, Sakyamuni, dilahirkan sebagai seorang pangeran dan memiliki segalanya dalam hal material dan kekayaan, sebuah keluarga yang mengasihi, ketenaran, reputasi, dan kekuasaan. Ia melihat meskipun hal demikian membawa kebahagiaan duniawi yang sementara, hal ini tidak akan bisa membawa kebahagiaan selama-lamanya. Jadi, ia meninggalkan lingkungan istana untuk menjadi pertapa mencari kebenaran. Setelah melaksanakan siksaan fisik selama enam tahun, ia melihat bahwa peyangkalan diri yang ekstrim juga bukanlah jalan mencapai kebahagiaan sejati. Pada titik ini, ia duduk di bawah pohon bodhi, dan dalam meditasi yang mendalam ia menyucikan batinnya dari semua konsep yang salah, tindakan yang tercemar dan semua jejaknya, dan membawa kesempurnaan potensi dan kualitas-kualitas yang baik. Ia dengan welas asih yang agung, kebijaksanaan dan kemahiran, memberi ajaran, yang menjadikan orang lain bisa secara bertahap menyucikan batinnya, membangun potensi mereka, dan mencapai realisasi yang sama dan kebahagiaan yang ia miliki.
Bagaimana mungkin orang demikian dapat menolong kita dari masalah dan penderitaan kita? Ia pasti tidak dapat menarik emosi pengganggu dari batin kita seperti halnya mengeluarkan duri dari kaki seseorang. Ia tidak bisa juga membersihkan noda-noda kita dengan air, atau menuangkan realisasinya ke dalam batin kita. Sang Buddha memiliki welas asih tiada batas kepada semua mahluk hidup dan menyayangi kita melebihi dirinya sendiri, jadi bila penderitaan kita dapat dikurangi oleh tindakan Sang Buddha, ia tentu sudah melakukannya.
Namun demikian, pengalaman kita, kebahagiaan atau penderitaan kita, tergantung pada batin kita sendiri. Tergantung pada apakah kita dapat menerima tanggung jawab untuk mengatasi perasaan menderita dan perbuatan kita. Sang Buddha menunjukkan metode melakukan ini, metode yang ia sendiri gunakan untuk berubah dari mahluk biasa yang bingung seperti kita saat ini menjadi kondisi penyucian total dan pencerahan sempurna, atau kebudhaan. Hal itu tergantung pada kita mempraktikkan dan mentranformasikan batin kita sendiri. Buddha Sakyamuni adalah orang yang melakukan apa yang ingin kita lakukan - mencapai kebahagiaan selama-lamanya. Ia mengajarkan pada kita melalui kisah hidupnya dan beragam pengajaran yang ia berikan. Tetapi ia tidak dapat mengontrol batin kita, hanya kita sendirilah yang dapat melakukannya. Pencerahan kita tergantung tidak saja dari jalan yang diperlihatkan oleh Sang Buddha, melainkan juga usaha kita untuk mengikuti jalan itu.
Hal itu seperti bila kita ingin pergi ke London. Pertama kita mencari tahu apakah tempat yang namanya London benar-benar ada, kemudian kita mencari seseorang yang pernah ke sana dan yang memiliki kemampuan dan keinginan untuk memberikan pada kita semua informasi perjalanan. Adalah bodoh untuk mengikuti orang yang tidak pernah ke sana, karena ia tanpa sengaja dapat membuat kesalahan dalam penjelasannya. Seperti halnya Sang Buddha yang telah mencapai penyucian total dan pencerahan sempurna, ia memiliki kebijaksanaan, welas asih, dan kemahiran untuk menunjukkan sang jalan pada kita. Suatu kesia-siaan kita mempercayai pedoman seseorang yang belum mencapai pencerahan bagi dirinya sendiri.
Pemandu wisata kita dapat memberikan informasi tentang apa yang perlu dibawa dalam perjalanan dan apa yang dapat ditinggalkan. Ia dapat menceritakan pada kita bagaimana berganti pesawat, bagaimana mengenal bermacam-macam tempat yang akan kita lalui, apa marabahaya yang dapat kita temui sepanjang jalan dan seterusnya. Sama halnya, Sang Buddha telah menggambarkan bermacam-macam tingkatan dari jalan dan tahapan, bagaimana melangkah maju dari satu jalan ke jalan lain, kualitas yang kita perlukan dan kembangkan, dan mana yang perlu ditinggalkan. Namun, seorang pemandu wisata tidak dapat memaksa kita menempuh perjalanan - ia hanya dapat menunjukkan jalan. Kita harus ke bandara dan naik pesawat sendiri. Juga halnya, Sang Buddha tidak dapat memaksa kita mempraktikkan sang jalan. Ia memberikan ajaran dan memperlihatkan dengan contoh bagaimana melakukannya, tapi kita harus melakukannya sendiri.
SANG BUDDHA SEBAGAI MANIFESTASI
Cara kedua memikirkan Sang Buddha adalah sebagai manifestasi batin maha tahu dalam bentuk fisik. Mahluk-mahluk yang dinamakan Buddha adalah maha mengetahui karena mereka mencerna semua fenomena yang ada sejelas kita melihat telapak tangan kita sendiri. Mereka mencapai kemampuan ini dengan sepenuhnya mengembangkan kebijaksanaan dan welas asihnya, sehingga menghilangkan semua cacat. Tetapi kita tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan batin maha tahu para Buddha sebab kita tidak memiliki kekuatan batin (abhinna). Agar para Buddha dapat mewujudkan janji mereka yang paling dalam untuk membimbing semua mahluk mencapai pencerahan, mereka harus berkomunikasi dengan kita, dan untuk itu, mereka menjadi bentuk fisik. Dengan cara ini, kita dapat membayangkan Buddha Sakyamuni sebagai mahluk yang telah tercerahkan, dan muncul sebagai pangeran ke dunia untuk mengajar kita.
Tetapi bila Beliau telah tercerahkan, bagaimana bisa Beliau terlahir kembali? Sakyamuni tidak terlahir kembali atas kontrol dari emosi-emosi pengganggu (kilesa) dan perbuatan tercemar (karma) seperti mahluk biasa, oleh karena ia telah menghilangkan noda-noda dari batinnya. Namun, ia dapat muncul ke dunia ini dengan kekuatan welas asih.
Ketika membayangkan Sang Buddha sebagai manifestasi, jangan menekankan pada Sang Buddha sebagai pribadi. Lebih dari itu, berkonsentrasilah pada kualitas-kualitas batin maha tahu yang muncul dalam bentuk fisik orang. Ini adalah cara yang lebih abstrak dalam memahami Sang Buddha, jadi kita memerlukan usaha lebih untuk memikirkan dalam cara ini dan memahaminya.
Dengan cara yang sama, mahluk suci Buddhis yang tercerahkan dapat dilihat sebagai manifestasi batin maha tahu. Mengapa begitu banyak mahluk suci bila semua mahluk yang mencapai pencerahan memiliki realisasi yang sama? Ini karena masing-masing penampakkan fisik menekankan dan mengkomunikasikan dengan aspek yang berbeda dari kepribadian kita. Ini menunjukkan cara-cara yang mahir dari para Buddha. Sebagai contoh, Avalokiteshvara (Kuan Yin, Chenresig) adalah manifestasi dari welas asih semua Buddha. Meski memiliki semua welas asih dan kebijaksanaan dari Para Buddha, manifestasi dari Avalokiteshvara menekankan pada welas asih. Dengan memikirkan, berdoa pada, dan meditasi pada Avalokiteshvara, kita dapat mengembangkan semua kualitas dari para Buddha, dan terutama welas asih kita akan berkembang lebih cepat.
Warna putih dari Avalokiteshvara menekankan pada kesucian, dalam hal ini penyucian dari keakuan melalui welas asih. Ribuan lengan, masing-masing dengan sebuah mata pada telapak tangan, mengekspresikan bagaimana welas asih tanpa batas melihat semua mahluk hidup dan berkeinginan untuk mencapai dan membantu mereka. Dengan memvisualisasikan welas asih dalam aspek fisik ini, kita berkomunikasi dengan welas asih dalam cara simbolik dan non-verbal.
Manjushri adalah manifestasi kebijaksanaan semua Buddha, demikian juga dengan Manjushri, memiliki realisasi yang sama dengan semua Buddha. Manjushri, yang ditemukan dalam tradisi Tibet, digambarkan berwarna kuning, memegang pedang menyala dan setangkai bunga teratai denganSutra Kebijaksanaan Sempurna (Prajna Paramita Sutra). Bentuk fisik ini adalah simbol dari realisasi "yang mendalam". Warna kuning mewakili kebijaksanaan, yang menerangi batin seperti cahaya keemasan matahari menyinari bumi. Pedang, juga, mewakili kebijaksanaan dalam fungsinya memotong ketidaktahuan. Memegang Sutra Kebijaksanaan Sempurna menunjukkan cara kita mengembangkan kebijaksanaan adalah dengan belajar, merenungkan, dan meditasi pada sutra ini. Dengan memvisualisasikan dan bermeditasi pada Manjushri, kita dapat mencapai kualitas seorang Buddha, khususnya kebijaksanaan.
Dengan cara ini kita dapat mengerti mengapa ada begitu banyak mahluk suci. Tiap mahluk suci menekankan aspek tertentu dari kualitas pencerahan, agar dapat berkomunikasi atas kualitas itu pada kita secara simbolis. Ini tidaklah berarti, bahwa tidak ada mahluk Avalokiteshvara, untuk pada satu tingkatan, kita dapat mengerti bahwa Buddha welas asih adalah seseorang yang tinggal di Tanah Suci. Pada tingkatan lain, kita dapat melihatnya sebagai manifestasi welas asih dalam bentuk fisik. Jangan bingung karena Avalokiteshvara adalah terkadang dalam bentuk laki-laki dan terkadang berbentuk wanita. Ini bukan karena ia tidak bisa memutuskan! Batin yang tercerahkan sebenarnya melampaui apakah laki-laki atau wanita. Ini hanyalah penampakkan agar dapat berkomunikasi dengan kita mahluk biasa yang sangat terpengaruh oleh bentuk. Mahluk yang tercerahkan dapat muncul dalam bermacam-macam tubuh.
Inti dari semua manifestasi ini adalah sama: batin maha tahu dari kebijaksanaan dan welas asih. Semua Buddha dan mahluk suci tidaklah berbeda seperti sebuah apel berbeda dari sebuah jeruk. Lebih dari itu, mereka memiliki hakikat yang sama, hanya saja mereka muncul dalam bentuk luar yang berbeda agar dapat berkomunikasi dengan kita dalam cara yang berbeda. Dari segumpal tanah liat, sebuah pot, vas bunga, piring, atau patung dapat dibuat. Intisari dari bentuk-bentuk itu adalah sama - tanah liat - namun memiliki fungsi berbeda tergantung bagaimana tanah liat dibentuk. Dalam cara yang sama, intisari dari semua Buddha dan mahluk suci adalah batin maha tahu dari kebijaksanaan dan welas asih. Ini muncul dalam bentuk beraneka ragam yang menampilkan fungsi yang beragam pula. Jadi, ketika kita ingin mengembangkan welas asih, kita menekankan meditasi pada Avalokiteshvara, ketika batin kita bodoh dan lamban kita menekankan praktik Manjushri, Buddha Kebijaksanaan. Para Buddha ini memiliki realisasi yang sama dan masing-masing memiliki kekhususan.
BUDDHA YANG AKAN KITA CAPAI DI MASA MENDATANG
Cara ketiga mengerti Sang Buddha yang kepadanya kita ambil perlindungan sebagai pemunculan dari potensi kebuddhaan kita sendiri dalam bentuk yang telah berkembang sepenuhnya. Semua mahluk memiliki potensi untuk menjadi Buddha, karena kita semua memiliki batin yang jernih. Saat ini batin kita dikaburkan oleh emosi pengganggu (kilesa) dan perbuatan (karma). Melalui praktik yang berkelanjutan, kita dapat memindahkan noda-noda ini dari arus batin kita dan memelihara benih potensi yang kita miliki. Jadi, kita dapat menjadi seorang Buddha ketika proses penyucian dan pengembangan itu selesai. Ini adalah keunikan Buddhisme, oleh karena di banyak agama ada jarak antara mahluk suci dan manusia. Namun, Sang Buddha mengatakan bahwa tiap mahluk memiliki potensi untuk kesempurnaan. Ini hanyalah masalah terjun praktik dan menciptakan penyebab untuk meraih kesempurnaan.
Ketika kita memvisualisasikan Sang Buddha atau mahluk suci dan memikirkannya sebagai Buddha masa depan yang kelak kita akan mencapainya, kita membayangkan sifat kebuddhaan kita yang tersembunyi dalam bentuk yang telah berkembang lengkap. Kita memikirkan masa depan ketika kita melengkapkan jalan penyucian total dan pencerahan sempurna. Kita membayangkan masa depan pada saat sekarang, dan dengan cara ini menegaskan kembali sifat-sifat luhur yang masih tersembunyi pada diri kita. Ini juga membantu kita mengerti bahwa apa yang pasti melindungi kita dari penderitaan adalah praktik kita sendiri dan pencapaian pencerahan.
Cara-cara berbeda dalam memahami Sang Buddha secara berurutan lebih sulit dimengerti. Kita mungkin tidak dapat memahaminya seketika. Hal itu bukan masalah. Interprestasi yang beragam dijelaskan karena orang-orang memiliki cara berbeda dalam pemahaman. Kita tidak diharapkan untuk mengerti semua dalam satu cara atau mengerti semuanya seketika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...