Minggu, 06 Mei 2012

Mengapa Begini Mengapa Begitu - Ven Thubten Chodron (English Version: I Wonder Why) - Part 6 - Karma: Fungsi Dari Sebab & Akibat



Anumodana Penerjemah : Tim Sekber PMVBI (Sdr. Amri, S.E.)


KARMA: FUNGSI DARI SEBAB & AKIBAT
Apa itu karma? Bagaimana karma bekerja?
Karma berarti perbuatan, dan merujuk pada perbuatan yang kita lakukan melalui tubuh, ucapan, dan batin kita. Perbuatan ini meninggalkan jejak atau benih dalam rangkaian mental kita, yang masak ke dalam pengalaman kita ketika kondisi yang tepat datang bersamaan. Benih dari perbuatan kita mengikuti kita dari kehidupan yang satu ke kehidupan yang seterusnya tanpa pernah lepas. Namun, bila kita tidak menciptakan sebab atau karma sesuatu, maka kita tidak menerima hasilnya: jika petani tidak menanam bibit, tiada yang tumbuh. Jika satu perbuatan membawa penderitaan dan kesengsaraan, ia disebut negatif, destruktif, atau non-bajik. Jika perbuatan membawa kebahagiaan maka ia disebut positif, konstruktif, atau bajik. Perbuatan tidak dengan sendirinya baik atau buruk tetapi disebut demikian dilihat dari hasil yang ditimbulkannya.
Fungsi sebab akibat dalam rangkaian mental kita adalah ilmiah. Semua hasil datang dari sebab yang memiliki kemampuan untuk menghasilkannya. Jika anda tanam bibit apel, sebuah pohon apel akan tumbuh, bukan cabe. Jika bibit cabe yang ditanam, cabe akan tumbuh, bukan apel. Dalam cara yang sama jika kita lakukan perbuatan positif, kebahagiaan akan terjadi; jika perbuatan negatif dilakukan, masalah akan muncul. Apapun kebahagiaan dan nasib baik yang kita alami dalam kehidupan kita datang dari perbuatan positif kita. Semua masalah kita datang dari perbuatan destruktif.
Apakah karma atau hukum sebab akibat adalah sistem hukuman dan hadiah? Apakah Sang Buddha menciptakan atau menemukan hukum sebab akibat ini?
Tentu tidak. Tidak ada orang yang memberi hadiah dan hukuman. Kita menciptakan sebab dengan perbuatan kita dan mengalami hasilnya. Kita bertanggung jawab untuk pengalaman kita sendiri. Tidak pula Sang Buddha menciptakan sistem sebab akibat ini, sebagaimana halnya Newton tidak menciptakan gravitasi. Sang Buddha hanya menggambarkan apa yang ia lihat melalui kekuatan batin maha tahuNya menjadi proses alami sebab akibat apa yang terjadi dalam rangkaian mental mahluk hidup. Dengan melakukan ini, ia menunjukkan bagaimana cara terbaik bekerja dalam hukum sebab akibat untuk meraih kebahagiaan yang kita inginkan dan menghindari penderitaan yang tidak kita sukai.
Konsep salah bahwa kebahagiaan dan penderitaan adalah hadiah dan hukuman mungkin datang dari kesalahan terjemahan kitab Buddhis ke dalam bahasa Inggris. Saya telah melihat beberapa teks diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menggunakan istilah dari agama lain. Ini salah arah. Istilah seperti (heaven) "surga," (hell) "neraka," (sin) "dosa," (punishment) "hukuman," (judgement) "peradilan," dan lainnya tidak sepenuhnya menjelaskan konsep Buddhis. Kata yang tepat dalam bahasa Inggris yang mencakup pengertian dari ajaran Buddha seharusnya digunakan.
Apakah hukum sebab akibat hanya berlaku bagi orang yang mempercayainya?
Tidak. Sebab dan akibat berfungsi tidak peduli kita menerimanya atau tidak. Perbuatan positif menghasilkan kebahagiaan dan perbuatan destruktif menghasilkan penderitaan apakah kita percaya atau tidak. Jika sebutir buah jatuh dari pohon, ia jatuh ke bawah meski kita percaya ia akan ke atas. Sangat ajaib bila yang kita butuhkan untuk menghindari hasil perbuatan kita adalah dengan tidak mempercayai hasil itu akan datang! Maka kita dapat makan semua yang kita mau dan tidak pernah gemuk! Seseorang yang tidak percaya pada kehidupan lampau dan sebab akibat dapat mengalami kebahagiaan sebagai hasil dari perbuatannya di masa lalu. Dengan menolak keberadaan hukum sebab akibat, dan seterusnya tidak berusaha untuk mempraktikkan perbuatan konstruktif dan menghindari perbuatan destruktif, orang itu menciptakan sedikit potensi positif dan secara ceroboh menciptakan perbuatan negatif. Di sisi lain, orang yang mengetahui sebab dan akibat akan berusaha dengan penuh kewaspadaan apa yang mereka pikirkan, ucapkan, dan lakukan untuk menghindari menyakiti mahluk lain dan menghindari meninggalkan jejak buruk dalam rangkaian mental mereka.
Mengapa ada beberapa orang yang melakukan perbuatan negatif sukses dan terlihat bahagia? Mengapa beberapa orang yang tidak percaya fungsi sebab dan akibat memiliki kehidupan yang baik?
Ketika kita melihat orang yang tidak jujur memiliki kekayaan, atau orang kejam menerima hormat dan kekuasaan, atau orang baik dirampok atau mati muda, kita mungkin meragukan hukum sebab akibat. Ini karena kita hanya melihat apa yang terjadi dalam periode kehidupan singkat ini. Banyak hasil yang kita alami dalam kehidupan ini hasil dari perbuatan di masa lalu, dan banyak perbuatan yang kita lakukan saat ini akan masak hanya di kehidupan mendatang. Kekayaan orang tidak jujur adalah hasil kedermawanannya dalam kehidupan terdahulu. Ketidakjujuran mereka sekarang meninggalkan benih karma bagi mereka untuk dicurangi dan mengalami kemiskinan di kehidupan mendatang. Sama halnya, kehormatan dan wewenang bagi orang kejam didasarkan pada perbuatan baik yang mereka lakukan di masa lalu. Saat ini, mereka menyalahgunakan kekuasaan, sehingga menciptakan sebab bagi penderitaan yang akan datang. Orang baik yang mati muda mengalami hasil dari perbuatan negatif seperti pembunuhan di kehidupan lalu. Namun, kebaikan mereka sekarang menanam benih atau jejak dalam rangkaian mental untuk kebahagiaan mereka di masa mendatang.
Cara yang pasti perbuatan khusus mana yang matang dan perbuatan tertentu apa yang kita lakukan di masa lalu yang membawa hasil khusus di kehidupan sekarang hanya dapat diketahui secara lengkap oleh batin maha tahu Buddha. Apa yang tercantum di sutra dan tantra mengenai perbuatan tertentu menghasilkan hasil tertentu adalah pedoman umum. Namun, dalam situasi khusus, hal ini bisa beragam sedikit tergantung sebab dan kondisi lainnya. Perbuatan destruktif membawa penderitaan dan perbuatan konstruktif membawa kebahagiaan tidak berubah. Tetapi dalam situasi tertentu dari individu, perbuatan negatif misalnya pembunuhan dapat matang di salah satu kelahiran di alam kehidupan yang rendah. Ini tergantung pada banyak faktor yang dapat membuat perbuatan ini berat atau ringan, seperti halnya kondisi yang ada saat itu ketika bibit karma matang.
Apakah kita mengalami hasil dari semua perbuatan kita?
Ketika bibit, meski kecil, ditanam dalam tanah, bibit akan tumbuh: demikianlah, bibit tidak tumbuh bila tidak menerima kondisi seperti air, cahaya matahari, dan pupuk yang diperlukan bagi pertumbuhan mereka, atau jika ia dibakar atau ditarik keluar dari tanah. Jalan satu-satunya menumbangkan jejak atau bibit karma adalah dengan meditasi pada kekosongan pada keberadaan yang berdiri sendiri. Ini jalan menyucikan emosi-emosi pengganggu dan jejak karma selengkapnya. Pada tingkatan kita, ini cukup sulit, tetapi kita masih dapat menghentikan jejak berbahaya masak dengan melakukan penyucian. Ini serupa dengan menahan bibit dari menerima air, cahaya matahari, dan pupuk.
Bagaimana kita menyucikan jejak negatif?
Penyucian dengan bantuan empat kekuatan penawar adalah sangat penting. Ia tidak hanya mencegah penderitaan mendatang, tetapi juga mengurangi perasaan bersalah atau beban berat yang kita alami sekarang. Dengan membersihkan batin kita, kita dapat mengerti Dharma dengan lebih baik, dan kita menjadi lebih damai dan berkonsentrasi lebih baik. Empat kekuatan penawar digunakan untuk menyucikan jejak atau bibit negatif adalah:
1. penyesalan
2. kebulatan tekad untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi
3. mengambil perlindungan dan membangkitkan sikap
mementingkan orang lain
4. praktik perbaikan yang nyata
Pertama, kita mengakui dan menyesal melakukan perbuatan destruktif. Penyalahan diri dan rasa bersalah tidak cukup berguna dan hanya menganiaya diri sendiri secara emosi. Dengan penyesalan yang tulus, di sisi lain, kita mengakui telah membuat kesalahan dan menyesal melakukannya.
Kedua, kita berbulat tekad tidak melakukan perbuatan itu lagi. Jika perbuatan itu biasa dan sering kali kita lakukan, seperti mengkritik orang lain, munafik berkata kita tidak akan pernah melakukannya lagi seumur hidup. Lebih baik memilih jumlah waktu yang realistik dan bertekad kita akan mencoba tidak mengulangi perbuatan itu, tetapi terutama lebih waspada dan berusaha selama batas waktu tersebut.
Kekuatan ketiga adalah perlindungan. Perbuatan destruktif kita secara umum berhubungan dengan objek suci seperti Buddha, Dharma, dan Sangha, atau mahluk lain. Untuk membangun kembali hubungan baik dengan mahluk suci kita bertumpu pada mereka dengan mengambil perlindungan atau mencari arahan dari mereka. Untuk memiliki hubungan baik dengan mahluk lain kita membangkitkan sikap mementingkan orang lain sehingga kita dedikasikan hati kita menjadi Buddha agar dapat bermanfaat bagi mereka dengan cara terbaik.
Elemen keempat adalah melakukan perbuatan perbaikan. Ini bisa apapun perbuatan baik: mendengarkan ceramah, membaca buku Dharma, bersujud, melakukan persembahan, melafal nama para Buddha, membaca mantra, membuat patung atau gambar Buddha, menerbitkan buku Dharma, meditasi, dan lain-lain. Perbuatan perbaikan yang paling kuat adalah meditasi atas kekosongan.
Empat kekuatan penawar ini harus dilakukan berulang kali. Kita telah melakukan perbuatan negatif banyak kali, jadi wajar kita tidak berharap melawan mereka seketika. Semakin kuat empat kekuatan penawar – semakin kuat penyesalan kita, semakin teguh kebulatan tekad kita untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi, dan seterusnya – semakin kuatlah penyucian itu. Sangat baik melakukan penyucian dengan empat kekuatan penawar itu tiap malam menjelang tidur guna melawan perbuatan destruktif yang kita lakukan sepanjang hari.
Jika orang menderita karena perbuatan negatif mereka sendiri, apakah hal ini berarti bahwa kita tidak dapat atau tidak seharusnya melakukan apapun untuk membantu mereka?
Tidak sepenuhnya demikian! Kita tahu bagaimana rasanya kesengsaraan, dan apa yang pasti orang lain rasakan karena mengalami akibat perbuatan destruktif mereka. Dengan empati dan welas asih, kita seharusnya membantu! Kesulitan orang itu disebabkan oleh perbuatannya sendiri, tapi tidak berarti kita diam saja dan santai berkata, "Oh, malangnya. Kasihan deh lu. Kamu seharusnya tidak lakukan perbuatan non-bajik itu."
Jangan memikirkan karma dengan cara kaku. Ya, orang itu menciptakan sebab mengalami kesulitan oleh perbuatannya sendiri, namun demikian ia juga mungkin menciptakan sebab menerima bantuan kita! Tetapi lebih dari itu, kita semua tahu apa yang akan kita rasakan bila berada dalam situasi mengerikan tersebut. Kita semua sama-sama menginginkan kebahagiaan dan tidak menginginkan penderitaan. Tidak jadi masalah penderitaan atau masalah siapa, penderitaan harus dihilangkan. Berpikir, "orang miskin jadi miskin karena kepelitan masa lalu mereka. Saya akan mencampuri proses alamiah sebab akibat jika coba membantu," adalah konsep yang salah sepenuhnya. Kita tidak seharusnya mencoba mencari alasan kemalasan atau kelesuan atau kemelekatan kita pada posisi lebih superior dengan salah menginterpretasikan sebab dan akibat. Perasaan welas asih dan tanggung jawab universal penting bagi pengembangan spiritual kita sendiri dan bagi perdamaian dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...