Anumodana Penerjemah : Tim Sekber PMVBI (Sdr. Amri, S.E.)
KETANPAAKUAN
Secara umum, iya.
Kita kemudian dapat membersihkan batin kita dari semua kekotoran dan kegelapan. Saat ini, batin kita dikaburkan oleh ketidaktahuan: cara kita memahami dan "memegang erat" diri kita sendiri dan fenomena lain sebagai sesuatu yang ada bukanlah cara bahwa mereka benar-benar ada. Ini serupa dengan orang yang selalu memakai kaca mata hitam sepanjang waktu. Semua yang ia lihat gelap dan berpikir bahwa demikianlah sebenarnya. Nyatanya, bila ia melepaskan kaca mata hitam itu, ia akan menemukan kenyataan yang berbeda.
Analogi lain dari ketidaktahuan kita adalah seseorang yang menonton film dan berpikir orang di layar adalah nyata. Ia menjadi sangat emosional dan terlibat dalam nasib karakter itu, dan terikat pada sang pahlawan, ia memusuhi karakter yang mengganggu pahlawan itu. Orang itu mungkin menangis, ngeri, atau melompat dari tempat duduknya ketika sang pahlawan dilukai. Nyatanya, hal itu tidak perlu sama sekali, karena tidak ada orang yang nyata dalam layar. Itu hanyalah proyeksi yang tergantung dari penyebab dan kondisi seperti film, proyektor film, dan layar. Realisasi kekosongan adalah analogi dengan pemahaman bahwa film tidak ada orang yang nyata. Namun penampilan karakter itu memang ada, tergantung pada film, layar, dan seterusnya. Jadi, orang itu masih dapat menikmati film, tapi tidak secara emosional naik dan turun saat sang pahlawan mengalami macam-macam peristiwa.
Dengan membangkitkan kebijaksanaan yang secara langsung merealisasi kekosongan, kita memahami cara kita dan fenomena lain ada: mereka tidak ada dari khayalan proyeksi kita pada mereka – khususnya proyeksi keberadaan yang berdiri sendiri. Memiliki kebijaksanaan merealisasi kenyataan, kita terbebas dari ketidaktahuan yang salah mengerti kenyataan. Membiasakan batin kita dengan kekosongan, kita secara bertahap menghilangkan semua ketidaktahuan, amarah, kemelekatan, kesombongan, keirihatian, dan sikap buruk lain dari batin kita. Dengan melakukannya, kita berhenti menciptakan perbuatan buruk yang dimotivasi oleh sikap-sikap tersebut. Bebas dari pengaruh ketidaktahuan, emosi-emosi pengganggu, dan perbuatan yang dimotivasi oleh ini semua, kita terbebaskan dari penyebab masalah kita, dan maka masalah juga berhenti. Dengan kata lain, kebijaksanaan merealisasi kekosongan adalah jalan benar menuju kebahagiaan.
Apa artinya berkata, "Semua orang dan fenomena adalah tidak ada keberadaan yang sejati atau yang berdiri sendiri?"
Itu artinya bahwa orang (seperti kamu dan saya) dan semua fenomena lain (meja, dll) adalah kosong dari proyeksi khayalan kita pada mereka. Salah satu prinsip kualitas "penipu" yang kita memproyeksikan orang-orang dan fenomena adalah bahwa keberadaan mereka berdiri sendiri, yaitu, mereka ada tidak tergantung pada sebab dan kondisi, bagian, dan kesadaran yang memahami mereka dan memberi nama pada mereka. Jadi, dalam pandangan biasa, barang-barang nampak memiliki sifat benar atau berdiri sendiri, seolah-olah mereka senyatanya di sana, sehingga kita dapat menemukan hal nyata ini, benar-benar tidak bergantung (pada yang lain) bila kita mencarinya. Mereka nampak berada di sana, tidak bergantung pada sebab dan kondisi yang membuat mereka, tidak terikat pada bagian dari apapun mereka dibuat, tidak bergantung dari batin yang memahami dan memberikan mereka sebuah nama. Ini penampakkan dari keberadaan yang sejati atau keberadaan yang berdiri sendiri dan batin kita "memegang erat" seperti sesuatu yang nyata.
Bagaimanapun, ketika kita mengujinya secara analitis bila barang muncul dalam cara tidak bergantung (pada yang lain) yang secara dangkal muncul, kita menemukan bahwa mereka tidaklah demikian. Mereka kosong dari proyeksi khayalan kita pada mereka. Mereka masih ada, tetapi mereka ada secara bergantung (pada yang lain), karena mereka tergantung pada sebab dan kondisi, pada bagian, dan pada batin yang memahami dan memberi mereka nama.
Tidak, fenomena dan orang tetap muncul. Kan, saya masih mengetik di sini dan anda masih membaca! Kekosongan bukan berarti kenihilan. Malah, orang dan fenomena kosong dari proyeksi khayalan kita atas mereka. Mereka tidak punya konsep salah kita pada mereka. Mereka tidak muncul dalam cara mereka muncul di hadapan kita saat ini, tetapi mereka muncul.
Karena realisasi ini sulit diperoleh dan merupakan tahapan menengah dari jalan, kita mengembangkan pemahaman kita secara perlahan. Jalan menuju pembebasan dan pencerahan adalah bertahap, dan kita mempraktikkannya langkah demi langkah. Pertama kita melatih aspek dasar dari jalan, seperti ketidakekalan, perlindungan, cinta kasih dan welas asih, dan seterusnya. Kemudian kita mendengar ajaran tentang kekosongan dari guru yang berpengetahuan dan dapat diandalkan. Merenungi dan mendiskusikan ajaran ini, pemahaman kita menjadi lebih jelas. Saat kita melihat ide jelas dari sebuah subjek, kita kemudian mulai mengintegrasikannya ke batin kita melalui meditasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar